Rabu, 30 April 2008

Hanura Pontianak Tampung Korban Kekerasan Rumah Tangga

Gema mengangkat harkat dan martabat perempuan sudah dicanangkan sejak tahun 1903 lalu, melalui perjuangan Raden Ajeng Kartini. Dengan perjuangan inilah telah menunjukan keberhasilan kaum wanita untuk berada di tempat yang layak. NAMUN, untuk meneruskan perjuangan Kartini, yang meninggal pada usia 25 tahun itu, tak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya hingga saat ini, masih ada kaum hawa yang dikungkung dalam tekanan kaum adam. Dia terutama dengan tindakan kekerasan maupun pelecehan. Akibatnya, menimbulkan traumatis berkepanjangan bagi kaum hawa.
Adalah Winarti (32) salah satu ibu rumah tangga yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), saat rakyat Indonesia memperingati Hari Kartini tahun 2008. Win, begitu dia disapa, mengalami hujaman 'bogem mentah' dari sang suami, Her (35). Dampaknya, menyisakan lebam dimata kiri dan pendarahan di telinga kiri. Kejadian itu dialaminya Sabtu (19/4) lalu di kediamannya.Pagi itu, suasana rumah tampak lengang. Win beserta kelima anaknya sedang asyik bersenda gurau. Pada waktu bersamaan, sang suami yang jarang pulang karena memiliki Wanita Idaman Lain (WIL), tiba-tiba datang, lantas memeriksa isi tas dan mengambil obat asma sang istri. Dengan hanya satu kata yang terucap dari bibir tipis sang istri, Her lalu menghujani pukulan demi pukulan ke mata dan telinga kiri."Saat dipukul, saya berteriak. Tapi tak satu orang tetangga memberi pertolongan. Akhirnya, saya panggil anak, agar memberitahukan kepada Ketua RT. Namun, Ketua RT tidak berada di rumah,” papar Win membuka cerita sedihnya kepada para wartawan, kemarin.Dengan mata memar dan telinga mengeluarkan darah, dia berlari ke Polsek Pontianak Selatan, guna melaporkan tindak kekerasan yang telah dilakukan suami. Pada saat itu juga, aparat keamanan langsung mendatangi rumah saya guna mencari jejak suami. “Tapi suami saya sudah menghilangkan," ungkap Winarti mengisahkan kejadian tragis itu.Anehnya, tindakan korban melaporkan kekerasan ke Polsek, dinilai Ketua RT setempat menyalahi aturan. Sebagai upaya mencari perlindungan dan keselamatan, kini Win ditampung di kediaman Ketua Pemberdayaan Hati Nurani Rakyat (Hanura) Pontianak, Tuti Hanurita Spd, salah satu aktivis perempuan.Win, wanita yang rela bekerja mengeruk tanah bakar untuk menghidupi kelima anaknya ini, menerangkan, sejak awal pernikahan tahun 1993 hingga 2004, kehidupan rumah tangganya selalu romantis dan harmonis. Apalagi dikarunia lima orang anak yang lucu-lucu. Tapi keromantisan suami berubah 180 derajat, saat menikahi perempuan lain pada tahun 2005 lalu. "Sejak tahun itulah, rumah tangga kami mulai retak dan renggang. Suami saya jarang pulang ke rumah. Kalau pulang, kecekcokan sering terjadi,’ ungkap warga Parit Demang, RT 04/RW 32, Kecamatan Pontianak Selatan ini.Untuk menyambung hidup dan menyekolahkan anak, Win terpaksa bekerja mengeruk tanah baker untuk dijual di toko-toko bunga, dengan pendapatan Rp 20 ribu sampai Rp 35 ribu per hari. Itupun tidak cukup, dia terpaksa belajar berdagang sebagai tambahan penghasilan. Dan sejak tahun 2005, boleh dibilang Win berjuang sendiri menghidupi dan menyekolahkan kelima anak saya. Ini dilakukan lantaran suami ingkar dari perjanjian yang diucapkannya pada saat ketahuan sudah menikah lagi.Sementara itu, Ketua Pemberdayaan Hati Nurani Rakyat (Hanura) Kota Pontianak, Tuti Hanurita, SPd, menceritakan, peristiwa yang dialami Win adalah sekian ribu yang sering dialami kaum hawa di Indonesia. "Ini merupakan tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), baik secara fisik maupun mental,” ujar aktivis perempuan ini.Hasil visum, sudah jelas si korban mendapat kekerasan fisik. Dan ini merupakan kasus delik aduan dimana bisa dicabut sesuai dengan penyelesaian masalah dengan baik mengingat si pelaku. Juga sebagai ayah jadi mempunyai beban mental juga terhadap anak, tetapi dengan catatan si pelaku beritikad baik. “Bila si pelaku tidak beritikad baik, si korban bisa saja melanjutkan kasus ini hingga ke Pengadilan Negeri Pontianak,” ujar Tuti. Catatan Mizar Bazarvio, Pontianak (pontianakpost.com)